ini nih listnya.....
Disutradarai Sidney Lumet, Murder on the Orient Express yang bertabur bintang ini sebenarnya merupakan adaptasi dari novel karya Agatha Christie yang berjudul sama. Sesuai judulnya yang tak memiliki metafora apapun, memang bercerita tentang pembunuhan di atas kereta api. Dalam penyelidikannya, detektif berkepala telur dengan sel otak abu-abu, Hercule Poirot, disuguhkan beberapa hal-hal yang terdengar mustahil, seperti wanita berkimono naga yang misterius. Semakin bertambah menit, maka kemustahilan itu makin nampak. Namun, saat itu juga Poirot mengungkapkan dua buah solusi, dan salah satu dari dua solusi itu merupakan kejutan besar yang tak pernah diprediksi orang (kecuali yang sudah membaca novelnya, seperti saya).
Inilah awal dari franchise saingan utama franchise Final Destination, Saw. Sayang, makin berkembang franchise ini, makin memburuklah kualitasnya. Bersyukurlah, karena franchise ini telah berakhir. Sepanjang menit, Saw yang disutradarai sutradara keturunan Malaysia, James Wan, ini hanya dihiasi oleh 2 orang pria yang dikurung di sebuah ruangan jorok entah dimana. Lewat petunjuk-petunjuk yang ada, mereka berusah untuk keluar dari ruangan itu, sembari mengingat apa yang terjadi saat mereka ditangkap dan mengapa? Tapi, itu bukanlah pertanyaan yang tepat jika anda menonton Saw. Pertanyaan yang paling tepat adalah: "Siapakah Jigsaw?"
Kahaani, which means story, adalah salah satu film Bollywood favorit saya sejak 3 Idiots. Berbanding terbalik dengan film Bollywood lain, dalam Kahaani, tak ada tarian, nyanyian, bersembunyi di balik pohon berduaan hingga berlari-lari, atau berhujan-hujanan. Kahaani adalah pure drama thriller seperti yang banyak terdapat dalam Hollywood sana. Tapi, bukan berarti Kahaani tak punya nilai istimewa. Kahaani mampu mencampuradukkan citarasa Hollywood dengan budayanya sendiri. Saya jatuh cinta bagaimana Kahaani mengekspos keindahan budaya India lewat sinematografinya itu. Apalagi? Tentu saja hal yang paling dapat diingat dari Kahaani selain percampuran tadi adalah endingnya yang mengejutkan. Saya pun yang awalnya sedikit bingung dengan judul 'kahaani' atau 'cerita', dapat mengerti maksud judul itu yang sebenarnya.
Cerita Citizen Kane sebenarnya sederhana saja: mencari tahu arti kata terakhir seorang milyuner kenamaan., Charles Foster Kane Kata terakhirnya pun sangatlah simpel, yaitu 'rosebud'. Lewat satu kata itu, kita kembali dibawa ke masa muda hingga kesuksesannya. Saat ia berada dalam sisi atas, hingga sisi bawah sekalipun. Ketika kita sudah seperti putus asa akan pencarian ini, perlahan ia kembali menunjukkan tajinya, mengungkapkan arti kata 'rosebud' yang sebenarnya. Hal yang saya sangat suka dari ending ini adalah bagaimana film ini menyampaikannya tidak secara gamblang melalui verbal, namun membiarkan penonton sejenak berpikir. Sederhana, sangat sederhana bahkan, namun ending ini punya sesuatu dengan arti yang begitu mendalam.
Film karya sutradara Alejandro Amenábar ini memang sangat kelam. Dibintangi oleh Nicole Kidman, awalnya The Others mungkin terlihat seperti film dengan rumah hantu biasa, bahkan hantunya pun tak pernah menampakkan wujudnya. Suasana bertambah creepy ketika Nicole Kidman mempekerjakan tiga orang pembantu yang misterius, seorang wanita bisu, seorang wanita tua, dan seorang kakek berumur. Masih belum cukup creepiness dalam film ini, ditambah lagi dengan keadaan kedua anak Nicole Kidman yang sensitif terhadap cahay matahari, yang membuat rumah tersebut sepanjang hari gelap gulita. Semua hal dalam The Others ini kemudian ditutup oleh ending yang bukan hanya super duper creepy, tapi juga hugely shocking.
Incendies adalah official entry Kanada untuk Best Foreign Languange Oscar 2011, dan berhasil masuk nominasi, meski akhirnya harus mengalah dengan film asal Denmark, In A Better World. Kisahnya tentang perjalanan dua orang saudara kembar ke Timur Tengah demi memenuhi permintaan terakhir ibu mereka. Tanpa mereka sadari, sebenarnya itu semua mengarahkan dua saudara kembar ini ke sebuah rahasia besar tentang keluarga mereka. Denis Villeneuve, sang sutradara, berhasil mengadaptasi sebuah drama dengan sangat baik. Hasilnya, sebuah thriller misteri dengan jalan cerita yang bahkan tak ada yang tahu akan bermuara kemana cerita itu.
Sepuluh orang secara tak sengaja terjebak di sebuah motel, termasuk John Cusack, John Hawkes, dan Amanda Peet. Namun, masalah besarnya bukanlah itu, semua ini hanyalah sebuah awal. Masalah bertambah besar saat satu persatu dari mereka dibunuh dengan misterius. Sebaliknya, ada kisah lain yang jauh berbeda dari terjebaknya sepuluh orang tersebut, namun akhirnya akan saling bertemu dan berhubungan, dan mungkin akan mengejutkan anda. Tapi, ada yang lebih mengejutkan dibanding itu, sesuatu yang sebenarnya agak sulit dipercaya.
Sebelum memenangkan Oscar karena menjadi seorang suami payah yang doyan ABG di American Beauty, Kevin Spacey pernah menjadi satu-satunya saksi kunci dari sebuah tragedi mengenai seorang kriminal besar bernama Seyzer Koze dalam The Usual Suspects, film drama kriminal arahan Bryan Singer yang mendapatkan sambutan baik, meski poster dengan bayangan-bayangan aneh itu menganggu. Terlepas dari itu, The Usual Suspects tetaplah sebuah film yang tak terlupakan. Mungkin beberapa orang telah memprediksinya (beruntung, itu bukan saya), tapi sebenarnya ada sesuatu yang lebih spesial dan jenius di baliknya. Film ini memiliki jalinan cerita yang cerdas sekaligus kuat, sayangnya semua sudah terlambat ketika mereka menyadarinya.
Saya tak pernah mendapatkan info bahwa pemenang Best Foreign Languange Film perwakilan Argentina dalam Oscar 2010 ini memiliki ending yang sama sekali tak terkira. Cerita dalam The Secret in their Eyes sebenarnya tak terlalu rumit, tentang seorang pensiunan konselor hukum yang akan menulis novel tentang kasus pembunuhan yang dulu ia pernah tangan, tapi sampai sekarang kasus itu belum terpecahkan. Demi menulis novel ini, ia kembali bertemu dengan mantan atasannya yang sejak dulu ia cintai. The Secrect in Their Eyes adalah tipe film yang menjabarkan setiap drama serta misterinya dengan sangat tenang dan dikemas dengan baik dari awal hingga akhir film, saat kita dikejutkan oleh fakta tak terduga.
Kalau yang ini, saya benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Perasaan aneh, kaget, lucu, dan agak konyol langsung bersatupadu ketika mengetahui rahasia besar dalam The Crying Game. Khusus untuk film ini, memang momen mengejutkannya bukanlah terletak pada ending, melainkan pada bagian pertengahan durasi. Tapi, saking mengejutkannya momen itu, maka untuk kali ini saya beri pengecualian. Shocking moment dari The Crying Game memang berbeda dari yang lainnya. Mengapa? Ah, untuk menjelaskannya saja, saya sudah kebingungan.
Ada Jack Nicholson di sini, bersama dengan Faye Dunaway. Keduanya menciptakan sebuah tontonan hebat dengan jalinan yang kuat diantara keduanya. Roman Polanski sendiri menyuguhkan drama misteri yang tak kalah hebatnya. Kisahnya tentang seorang detektif yang menginvestigasi sebuah kasus pembunuhan yang memiliki hubungan dengan air. Twist yang dihadirkan sendiri tidaklah terlalu megah dan besar, namun tak dapat disangkal lagi, kenyataan itu memang sangat menghentak. Sebuah tamparan besar bagi kita semua, termasuk Jack Nicholson, meskipun, yang mendapatkan tamparan sebenarnya adalah Faye Dunaway.
Selepas Gigli yang dicerca habis-habisan, Ben Affleck memulai 'kehidupan' barunya, sebagai seorang sutradara, dan secara mengejutkan, itu berhasil. Ben Affleck mendaulat adiknya sendiri, Casey Affleck sebagai detektif khusus orang hilang bersama Michelle Monaghan yang menyelidiki kasus hilangnya seorang anak perempuan dari seorang ibu pecandu narkoba, yang diperankan dengan sangat istimewa oleh Amy Ryan. Ben Affleck membawa kita ke sebuah thriller misteri menegangkan, dan ketika kita kira semuanya telah berakhir, ternyata itu semua masih setengah jalan, dan ketika kita kira semuanya telah berakhir lagi dengan cara yang mengejutkan, ternyata itu masih tiga perempat jalan, hingga akhirnya Affleck kembali menutupnya dengan penuh kejutan istimewa.
We always love Nolan's work! Dan Memento, karyanya yang bergaya neo-noir ini adalah salah satu masterpiece milknya, dengan menampilkan Guy Pearce sebagai pria penuh tato yang ingin balas dendam atas kematian istrinya. Uniknya, di sini Guy Pearce diceritakan mengalami short-term memory loss, yang membuatnya tak dapat mengingat apapun setelah sekita 10 menit kejadian itu terjadi. Tato-tato di tubuhnya pun, bukanlah tato sembarangan. Itu adalah satu-satunya petunjuk yang dapat membawanya ke pembunuh sang istri. Ada yang lebih unik, yaitu dengan editing film ini, yang membuat kita seperti merasakan apa yang karakter Pearce rasakan. Oh, belum terlalu unik? Tunggu hingga endingnya tiba, dan anda akan menghadapi sebuah mimpi buruk.
Film yang berjudul asli El Orfanato ini merupakan salah satu misteri thriller asal Spanyol yang paling populer (dan salah satu yang terbaik). The Orphanage memang sedikit mengingatkan saya dengan The Others, bukan karena cerita atau twist yang sebenarnya berbeda jauh, namun karena film ini memiliki creepiness yang luar biasa. Sambili membangun atmosfer kelam dan gelap itu, The Orphanage tampil dengan sangat misterius, sembari ada Belén Rueda mencari-cari anaknya yang hilang entah kemana. Lalu, ke mana anaknya hilang? Itu adalah misteri terbesar dalam film ini, yang semuanya akan terjawab yang membuat siapa saja mungkin takkan siap dengan jawabannya.
Salah satu keistimewaan film ini adalah bintangnya, ada Jeff Bridges, Tim Robbins, dan Joan Cusack. Ceritanya sendiri sedikit mengingatkan saya terhadap film Alfred Hitchcock, Rear Window. Kisahnya dimulai ketika Jeff menyelamatkan nyawa anak Tim, yang membuat kedua keluarga mereka menjadi dekat, namun suatu hari, Jeff Bridges mencurigai tetangganya sendiri sebagai seorang teroris. Tentu, ketakutan utamnya, terletak pada anaknya yang sangat akrab dengan anak Tim dan bahkan sangat sering bermain di rumah keluarga Tim Robbins. Ia pun menyelidiki riwayat Tim, dan penulusurannya tersebut membawa penonton ke akhir yang sama sekali tak terduga.
Dalam hal perfilman tanah Eropa, Prancis memang surganya film-film juara. Dari klasik Diabolique hingga romansa zaman sekarang, Rust and Bone, semuanya memiliki kualitas juara. Di antara rentang waktu kedua film ini yang begitu panjang, Tell No One merupakan salah satunya. Film ini merupakan sebuah adaptasi novel karya Harlan Coben yang disutradarai oleh Guillaume Canet dan dibintangi François Cluzet. Tell No One merupakan sebuah thriller yang intens dan solid, dramanya miris dan manis, dan penuh dengan misteri. Secara keseluruhan, cerita yang dituturkan Tell No One benar-benar di luar dugaan. Sama seperti judul filmnya, jangan katakan apapun kepada siapapun mengenai isi film ini, kecuali kalau anda ingin mengatakan bahwa François Cluzet mirip dengan Dustin Hoffman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar